Kamis, 13 Maret 2014

Koto Gadang: Janjang Saribu di Kawasan Ngarai Sianok

 
Hampir setiap daerah punya janjang sebagai jalan orang lalu sekaligus objek wisata. Sesuai dengan topografi Sumatera Barat yang berbukit-bukit. Untuk naik bukit itulah ditajak janjang sebagai jalan, yang kemudian berkembang permanen menjadi objek wisata.

Baru-baru ini, pemerintah Kabupaten Agam bersama Menteri Komunikasi dan Informatika juga membuka sebuah objek wisata yang mengadopsi dari salah satu Tujuh Keajaiban Dunia “Tembok Besar Cina” yaitu The Great Wall of Koto Gadang. Objek wisata ini semakin menambah objek wisata janjang atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tangga di Sumatera Barat. Sebelumnya telah ada objek wisata Janjang Ampek Puluah yang menguhubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah dan Janjang Saribu yang terletak di daerah Ngarai Sianok.

Setelah bertahun-tahun kehilangan pamor akibat tak terurus, kali ini Janjang Saribu (Tangga Seribu) tampil dengan wajah baru ala Tembok China. Dinding pagar beton dibentuk mirip Tembok China. Hanya saja, Janjang Saribu ini lebih curam, lebih pendek dan tak selebar Tembok China.
Satu-satunya Janjang Saribu yang sudah dipermak ini berada di kawasan Koto Gadang, Kabupaten Agam, yang terhubung dengan kawasan bawah Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi. Janjang yang diprakarsai dan didanai oleh Tifatul Sembiring ini diresmikan tanggal 26 Januari 2013 oleh Tifatul Sembiring sendiri saat menjabat sebagai Menkominfo.
 Saat ini, sejumlah pekerja masih melakukan proses finishing tahap pertama. Janjang Saribu gaya baru ini memiliki lebar 2 meter. Pada sisi kiri dan kanan Janjang Saribu sepanjang 780 meter ini dibangun pagar beton setinggi 1 meter. Meski proses pengerjaan belum tuntas 100 persen, namun sejumlah warga telah menggunakan Janjang Saribu itu untuk aktivitas olahraga, rekreasi dan aktivitas lainnya.

Bagi orang yang terlatih men­da­ki, dibutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk sampai ke puncak. Namun bagi yang belum terlatih dan bagi orang yang jarang berolahraga, untuk sampai ke puncak mem­bu­tuhkan waktu 30 menit hingga lebih.
Meski saat ini dinamakan Janjang Saribu, namun jumlah anak tangga di Janjang Saribu ini ti­daklah berjumlah seribu, tapi hanya ratusan. Pemberian nama Janjang Saribu di Koto Gadang hanya karena banyaknya anak tangga yang hampir mencapai seribu.

Dengan hadirnya wajah baru Janjang Saribu ini, secara otomatis wajah Janjang Saribu lama akan menjadi kenangan.
Pembangunan Janjang Saribu ala Tembok China meru­pakan ide Menko­minfo Tifatul Sembiring, yang juga merupakan putra asli Kota Buki­ttinggi. Pembangunan ini tidak meng­gu­nakan dana APBD maupun APBN, tapi murni bantuan dari Tifatul Sembiring dan sejum­lah pengusaha di Jakarta yang telah bekerja keras mengumpulkan dana.
Ide yang dilontarkan Tifatul Sem­biring datang secara tak terdu­ga. Saat Tifatul bertemu Walikota Bu­kittinggi Ismet Amzis di Kota Bu­kittinggi, Tifatul diajak olahraga pagi melintasi Ngarai Sianok. Melihat keindahan Ngarai Sianok itu, secara spontan Tifatul mena­warkan pem­­ba­ngu­nan dan renovasi Ngarai Sia­nok, yang akan dibentuk seperti Tembok China.

 
Janji Tifatul yang akan mem­bangun dan merenovasi kawasan Ngarai Sianok membuat Ismet tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Tak menunggu lama, penan­datangan kerja sama atau MoU antara Pemko Bukittinggi, Tifatul Sembiring dan Pemkab Agam akhir­nya dilakukan, karena kawa­san Ngarai berada diantara Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam.

Proyek pembangunan tahap pertama dilakukan di kawasan Janjang Saribu Koto Gadang Agam, yang telah dimulai pada Juli 2012 lalu. Untuk Kota Bukittinggi dimulai dari kawasan Bukit Apit. Sedang­kan tahap kedua nantinya, Janjang Saribu akan dilengkapi dengan pintu gerbang yang megah beserta fasilitas lainnya. Dengan wajah baru Janjang Saribu ini, diharapkan wisatawan di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam terus meningkat tiap tahunnya.


Sumber : http://syukmagroups.blogspot.com/2013/05/the-great-wall-of-koto-gadang-janjang.html