Hampir setiap daerah punya janjang sebagai jalan orang lalu
sekaligus objek wisata. Sesuai dengan topografi Sumatera Barat yang
berbukit-bukit. Untuk naik bukit itulah ditajak janjang sebagai jalan, yang
kemudian berkembang permanen menjadi objek wisata.
Baru-baru ini, pemerintah Kabupaten Agam bersama Menteri Komunikasi dan Informatika juga membuka sebuah objek wisata yang mengadopsi dari salah satu Tujuh Keajaiban Dunia “Tembok Besar Cina” yaitu The Great Wall of Koto Gadang. Objek wisata ini semakin menambah objek wisata janjang atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tangga di Sumatera Barat. Sebelumnya telah ada objek wisata Janjang Ampek Puluah yang menguhubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah dan Janjang Saribu yang terletak di daerah Ngarai Sianok.
Baru-baru ini, pemerintah Kabupaten Agam bersama Menteri Komunikasi dan Informatika juga membuka sebuah objek wisata yang mengadopsi dari salah satu Tujuh Keajaiban Dunia “Tembok Besar Cina” yaitu The Great Wall of Koto Gadang. Objek wisata ini semakin menambah objek wisata janjang atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tangga di Sumatera Barat. Sebelumnya telah ada objek wisata Janjang Ampek Puluah yang menguhubungkan Pasar Atas dengan Pasar Bawah dan Janjang Saribu yang terletak di daerah Ngarai Sianok.
Setelah bertahun-tahun kehilangan pamor akibat tak terurus,
kali ini Janjang Saribu (Tangga Seribu) tampil dengan wajah baru ala Tembok
China. Dinding pagar beton dibentuk mirip Tembok China. Hanya saja, Janjang
Saribu ini lebih curam, lebih pendek dan tak selebar Tembok China.
Satu-satunya Janjang Saribu yang sudah dipermak ini berada
di kawasan Koto Gadang, Kabupaten Agam, yang terhubung dengan kawasan bawah
Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi. Janjang yang diprakarsai dan didanai oleh
Tifatul Sembiring ini diresmikan tanggal 26 Januari 2013 oleh Tifatul Sembiring
sendiri saat menjabat sebagai Menkominfo.
Saat
ini, sejumlah pekerja masih melakukan proses finishing tahap pertama. Janjang
Saribu gaya baru ini memiliki lebar 2 meter. Pada sisi kiri dan kanan Janjang
Saribu sepanjang 780 meter ini dibangun pagar beton setinggi 1 meter. Meski
proses pengerjaan belum tuntas 100 persen, namun sejumlah warga telah
menggunakan Janjang Saribu itu untuk aktivitas olahraga, rekreasi dan aktivitas
lainnya.
Bagi orang yang terlatih mendaki, dibutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk sampai ke puncak. Namun bagi yang belum terlatih dan bagi orang yang jarang berolahraga, untuk sampai ke puncak membutuhkan waktu 30 menit hingga lebih. Meski saat ini dinamakan Janjang Saribu, namun jumlah anak tangga di Janjang Saribu ini tidaklah berjumlah seribu, tapi hanya ratusan. Pemberian nama Janjang Saribu di Koto Gadang hanya karena banyaknya anak tangga yang hampir mencapai seribu.
Bagi orang yang terlatih mendaki, dibutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk sampai ke puncak. Namun bagi yang belum terlatih dan bagi orang yang jarang berolahraga, untuk sampai ke puncak membutuhkan waktu 30 menit hingga lebih. Meski saat ini dinamakan Janjang Saribu, namun jumlah anak tangga di Janjang Saribu ini tidaklah berjumlah seribu, tapi hanya ratusan. Pemberian nama Janjang Saribu di Koto Gadang hanya karena banyaknya anak tangga yang hampir mencapai seribu.
Dengan
hadirnya wajah baru Janjang Saribu ini, secara otomatis wajah Janjang Saribu
lama akan menjadi kenangan.
Pembangunan Janjang Saribu ala Tembok China merupakan ide Menkominfo Tifatul
Sembiring, yang juga merupakan putra asli Kota Bukittinggi. Pembangunan ini
tidak menggunakan dana APBD maupun APBN, tapi murni bantuan dari Tifatul
Sembiring dan sejumlah pengusaha di Jakarta yang telah bekerja keras
mengumpulkan dana.
Ide yang dilontarkan Tifatul Sembiring datang secara tak terduga. Saat Tifatul bertemu Walikota Bukittinggi Ismet Amzis di Kota Bukittinggi, Tifatul diajak olahraga pagi melintasi Ngarai Sianok. Melihat keindahan Ngarai Sianok itu, secara spontan Tifatul menawarkan pembangunan dan renovasi Ngarai Sianok, yang akan dibentuk seperti Tembok China.
Ide yang dilontarkan Tifatul Sembiring datang secara tak terduga. Saat Tifatul bertemu Walikota Bukittinggi Ismet Amzis di Kota Bukittinggi, Tifatul diajak olahraga pagi melintasi Ngarai Sianok. Melihat keindahan Ngarai Sianok itu, secara spontan Tifatul menawarkan pembangunan dan renovasi Ngarai Sianok, yang akan dibentuk seperti Tembok China.
Janji Tifatul yang akan membangun dan merenovasi kawasan
Ngarai Sianok membuat Ismet tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Tak
menunggu lama, penandatangan kerja sama atau MoU antara Pemko Bukittinggi,
Tifatul Sembiring dan Pemkab Agam akhirnya dilakukan, karena kawasan Ngarai
berada diantara Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam.
Proyek pembangunan tahap pertama dilakukan di
kawasan Janjang Saribu Koto Gadang Agam, yang telah dimulai pada Juli 2012
lalu. Untuk Kota Bukittinggi dimulai dari kawasan Bukit Apit. Sedangkan tahap
kedua nantinya, Janjang Saribu akan dilengkapi dengan pintu gerbang yang megah
beserta fasilitas lainnya. Dengan wajah baru Janjang Saribu ini, diharapkan
wisatawan di Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam terus meningkat tiap tahunnya.
Sumber : http://syukmagroups.blogspot.com/2013/05/the-great-wall-of-koto-gadang-janjang.html